Senin, 23 Mei 2016

SIM Tidak Perlu Diperpanjang

*KABAR GEMBIRA !!!*

Keputusan Pemerintah:  
SIM _Tidak Perlu Diperpanjang_

Kalo beberapa waktu yg lalu, sudah diumumkan bahwa masa berlaku KTP elektronik (e-KTP) adalah seumur hidup.

Maka Kepolisian RI dlm keputusannya juga sudah menetapkan bahwa SIM yang sudah habis masa berlakunya, TIDAK usah diperpanjang lagi.

Karena dengan memperpanjang SIM yang sudah habis masa berlakunya, akan menimbulkan kerépotan yg lumayan luar biasa.

Ukuran SIM yg sekarang ini berlaku, sdh sangat idéal.

Kalau diperpanjang, akan menyebabkan kerépotan dalam menyimpannya.

Ukuran dompèt harus lebih besar lagi....!!

Terima Kasih..!!

Kamis, 12 Mei 2016

Penyebab Uji Statistik Tidak Signifikan

Hasil Uji Statistik tidak Signifikan, Mengapa ?
Jika teori yang melandasi hipotesis yang ajukan cukup kuat, namun hasil uji statistik tidak menunjukkan ada hubungan atau perbedaan signifikan pada data yang diuji, bisa jadi disebabkan oleh beberapa hal di bawah ini.

1. Adanya Outliers
Outliers adalah data yang aneh, bisa jadi keanehan ini karena salah dalam mengentri data, bisa jadi karena individu yang memang unik, berbeda dengan kebanyakan. Akibat dari outlier ini eror standar akan meningkat. Signifikansi berbanding terbalik dengan eror standar, jadi semakin besar eror standar semakin kecil peluang untuk mendapatkan hasil yang signifikan. Cara membuang outliers bisa dilihat di tulisan Widhiarso (2011)

2. Model yang tidak Sesuai
Model yang tidak sesuai dengan data akan mengakibatkan hubungan antar dua variabel tidak signifikan. Misalnya data mengenai hubungan stres dengan performansi yang bersifat kuadratik, akan tetapi kita menggunakan model linier (e.q korelasi pearson atau regresi linier). Jelas, hasilnya tidak akan signifikan. Untuk mengatasi ini ada dua cara. 1) kita menggunakan model non-linier atau 2) kita memotong data kita berdasarkan skor tertentu. Contoh prosedur pemotongan data bisa di baca di Widhiarso (2011b)

3. Ukuran Sampel Kecil
Misalnya korelasi variabel yang kita teliti adalah 0.50. Kalau ukuran sampel kita hanya 10 orang, maka hasil uji statistik tidak menemukan hubungan yang signifikan. Kalau ukuran sampel kita 15 orang maka hasil analisis menemukan hubungan yang signifikan. Hal ini dikarenakan semakin besar ukuran sampel yang dipakai semakin kecil nilai kritis yang dipakai acuan.

4. Pengaruh Variabel Intervening
Hubungan antara stres dan depresi memiliki dasar teori yang sangat kuat. Namun setelah di korelasikan tidak signifikan. Mengapa? Karena stres menimbulkan depresi hanya terjadi pada orang yang memiliki resiliensi rendah. Sebaliknya stres tidak menimbulkan depresi kalau individu yang bersangkutan memiliki resiliensi yang tinggi. Dalam hal ini resiliensi menjadi variabel moderator hubungan antara stres dan depresi. Diskusi mengenai ini dapat dilihat di sini (Wahyu Widhiarso, 2009, 2010a)
Selain variabel moderator, ada variabel mediator. Variabel mediator adalah variabel yang mengantarai dua hubungan antar variabel. Misalnya stres mempengaruhi depresi dimediatori oleh pengatasan masalah. Sebelum sampai pada depresi, stres menurunkan kemampuan pengatasan masalah terlebih dahulu sebelum meningkatkan depresi. Diskusi mengenai ini dapat dilihat di Widhiarso (2010).

5. Prasyarat Analisis yang tidak dipatuhi
Regresi mensyratkan agar prediktor yang tidak dipakai dalam analisis tidak memiliki kolinieritas, alias tidak memiliki korelasi yang sangat tinggi. Kalau ini terjadi, maka sebuah prediktor yang harusnya memiliki kontribusi besar terhadap variabel dependen, justru tidak signifikan. Baca mengenai multikolinieritas di Widhiarso (W Widhiarso, 2011)
Contoh lainnya adalah heterokedastisitas, kalau dalam regresi terjadi heterokedastisitas bisa jadi kontribusi dari prediktor tidak signifikan karena antar eror memiliki hubungan yang erat dalam menjelaskan varians di dalam data. Akibatnya varians untuk variabel dependen tidak kebagian apa-apa sehingga hasil analisis tidak signifikan. Baca mengenai heterokedastisitas di Widhiarso

6. Perbedaan Konteks
Masalah harga mungkin dalam konteks pembelian barang-barang untuk kebutuhan primer menentukan kepuasan pelanggan akan tetapi dalam konteks barang-barang untuk kebutuhan tersier harga tidak banyak berpengaruh. Hal ini dikarenakan kebutuhan tersier terkait dengan konteks lain, misalnya prestise atau status. Bisa jadi kalau kita ingin menguji peranan harga terhadap kepuasan pelanggan dalam konteks berlian unik dan mobil supermewah, bisa jadi hubungannya tidak signifikan.
Banyak konteks yang bisa mempengaruhi signifikan tidaknya hasil uji statistik kita. Karakteristik sampel, variabel yang diteliiti, level atau kategori skor, atau desain penelitian sangat mempengaruhi hasil uji statistik yang dilakukan.

7. Alat Ukur yang kurang valid dan reliabel
Bayangkan anda hendak meneliti hubungan antara berat badan dan tinggi badan. Kalau timbangan yang dipakai tidak valid dan reliabel, maka berat seseorang yang harusnya 50 kg diskor 60 kg. Demikian juga untuk tinggi badan harusnya 150 cm, diskor 120 kg. Jadi yang harusnya ada hubungan yang signifikan antara tinggi badan dengan berat badan, akan tetapi tidak terbukti dalam analisis statistik.

8. Penyebab Lain
Ada banyak faktor yang menyebabkan uji statistik tidak signifikan. Selain kurang tepatnya penggunaaan uji statistik, masalah data, sampel, desain penelitian juga masih menyisahkan banyak hal jika dieksplorasi lebih lanjut.

Referensi
Widhiarso, W. (2011). Berurusan dengan ouliers. Diskusi Metodologi Penelitian. Retrieved from http://wahyupsy.blog.ugm.ac.id/2011/02/21/berurusan-dengan-outliers/
Widhiarso, W. (2011). Data Tidak Linier ? Kita Analisis Secara Terpisah Saja. Diskusi Metodologi Penelitian. Retrieved from http://wahyupsy.blog.ugm.ac.id/2011/05/26/menyiasati-data-yangtidak-linier/
Widhiarso, W. (2011). Help Me, Prediktor-Prediktor saya Multikol ! Diskusi Metodologi Penelitian. Retrieved from http://wahyupsy.blog.ugm.ac.id/2011/05/31/diskusi-tentang-multikolinieritas-data/
Widhiarso, Wahyu. (2009). Prosedur Analisis Regresi dengan Variabel Moderator Tunggal melalui SPSS. Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada. Retrieved from http://widhiarso.staff.ugm.ac.id/files/widhiarso_2010_-_prosedur_analisis_regresi_dengan_variabel_moderator_melalui_spss.pdf
Widhiarso, Wahyu. (2010a). Model Analisis dengan Menggunakan Variabel Moderator. Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada. Retrieved from http://widhiarso.staff.ugm.ac.id/files/widhiarso_2010_-_analisis_moderator_dalam_lisrel.pdf
Widhiarso, Wahyu. (2010). Berkenalan dengan Analisis Mediasi : Regresi dengan Melibatkan Variabel Mediator (Bagian Pertama). Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada. Retrieved from http://widhiarso.staff.ugm.ac.id/files/Widhiarso%202010%20-%20Berkenalan%20dengan%20Analisis%20Mediasi.pdf
http://wahyupsy.blog.ugm.ac.id/2011/06/07/hasil-uji-statistik-tidak-signifikan-mengapa/


Senin, 02 Mei 2016

Gitaris White Lion



Entah angin apa yang membawa tiba2 keingat jaman anak band dulu sekitar akhir tahun 90 an, saat itu masih kuliah di kota jogja. 

Zaman anak kost, kebetulan teman2 di sekitar kost pada hobby dan boleh dikatakan sedikit mahirlah memainkan musik, komplit masing2 bisa gitar, bass, dan drum. Maka jadilah kami band kecil yang sekedar menyalurkan hobby dikala waktu senggang dan tentu saja ketika musim punya duit (untuk bayar sewa studio band, haha...).

Diantara lagu-lagu yang sering kami mainkan adalah lagu2nya White Lion band. Bagi saya pribadi, musik white lion merupakan musik yang penuh dengan keindahan. didengerin saja begitu enak di telinga. Dan yang membuat saya amat menyukai grup band ini bukan pada suara vokal penyanyinya, tapi lebih pada suara gitar atau lebih tepatnya dikatakan pemain gitarnya yang begitu handal mengisi musik dalam alunan lagu2 white lion.

Vito Bratta (lahir 1 Juli 1961, Staten Island , New York , Amerika Serikat ) adalah mantan gitaris utama dan penulis lagu untuk  Band White Lion . Bratta mendirikanWhite Lion dengan vokalis Mike Tramp pada tahun 1983 dan bermain dengan band sampai 1992. [1] Permainannya telah digambarkan sebagai melodi , asli dan teknis dicapai . Bratta sering menggunakan dua tangan penyadapan , sweep picking , harmonik mencubit dan berbagai bar whammyteknik. Meskipun tidak menjadi nama besar, ia sangat dihormati dalam dunia gitar rock.
Pada tahun 2003, Mike Tramp berusaha untuk menyatukan kembali dengan Bratta tetapi tidak berhasil. Tramp berbicara tentang Bratta dalam sebuah wawancara 2007 dengan Anarki Musik, mengklaim Bratta selalu tenang dan mempertahankan jarak tertentu dari sisa band.
Pada tanggal 16 Februari 2007, Bratta memberi wawancara live pertama setelah lebih dari 12 tahun. Poin-poin berikut terungkap selama Eddie Trunk wawancara: ayah Bratta ini pergi melalui penyakit 5 tahun, yang membutuhkan sejumlah besar waktu pribadi dan komitmen dari Vito, baik secara emosional dan finansial. Pada tahun 1997, ia terluka pergelangan tangannya dan menemukan menyakitkan untuk memindahkan tangannya atas dan ke bawah sebuah gitar listrik ; namun ia masih dapat memainkan gitar klasik tanpa ketidaknyamanan yang berlebihan. Selain itu, ia menjelaskan bahwa ia tidak mengesampingkan reuni White Lion / Mike Tramp; sampai sekarang, mereka telah cukup mustahil dilakukan karena kewajiban keluarga dan cedera pergelangan tangannya.

Pada bulan April 2007, Vito Bratta membuat pertama penampilan musik publik di lebih dari 15 tahun, di hari Jumat dan Sabtu malam menunjukkan di L'Amour Reunion Menunjukkan di New York. [5]
Mitra Bratta di White Lion , Mike Tramp , juga mengatakan bahwa keterampilan Bratta sebagai pemain gitar dan penulis lagu yang tak tertandingi: "Vito pemain gitar dan Vito penulis lagu dan musisi, ia berada di kaliber semua oleh dirinya sendiri. Ini menunjukkan di solo yang besar, dan begitu banyak orang suka cara dia bermain seperti Eddie dengan hammer-ons dan semua hal-hal yang seperti Van Halen solo "Bukankah Talkin 'Bout love." aku suka cara Vito bermain solo pada "Tunggu" dan "sedikit Fighter" dan beberapa yang lain. Dia seperti Mozart. " [8]  (https://en.wikipedia.org/wiki/Vito_Bratta_dengan terjemahan yang belum sempat diedit).

saya memiliki beberapa album whie lion, dan bagi kawan yang mungkin saja memiliki selera musik yang sama 
maka barangkali kita dapat mendengar menariknya lagu ballads "you re all i need" atau "till death do us part". dan 
untuk mendengar betapa garangnya permainan gitar dengan teknik dan skill yang tinggi seorang vito bratta maka 
coba kita dengar pada lagu "little fighter", "cry for freedom", "love dont come easy", musik instrumen gitar "blue
monday" dan sebagainya.

ketika banyak para gitaris se-angkatannya yang masih terus eksis terdengar namanya ataupun reuni dengan band 
awalnya misalnya slash (gun n roses), jhon norum (europe), c.j snare (firehouse) dan lainnya, maka seorang vito
bratta lebih memilih menghilang tanpa mau tampil live bersama bandnya lagi sejak terakhir tahun 1992.


Rabu, 20 April 2016

UNIT PELAKSANA TEKNIS (UPT) PERBEKALAN FARMASI KABUPATEN MEMPAWAH (DULU KABUPATEN PONTIANAK)

Perbekalan Farmasi Kabupaten Pontianak adalah unit pelaksana Teknis Dinas Kesehatan yang dipimpin oleh seorang Kepala Perbekalan Farmasi yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas Kesehatan.
Berdasarkan Keputusan Bupati Pontianak Nomor 237 Tahun 2004, maka Tugas pokok Unit Perbekalan Farmasi adalah melaksanakan sebagian tugas Dinas Kesehatan di bidang perbekalan farmasi serta tugas-tugas kedinasan lainnya.
Untuk melaksanakan tugas yang dimaksud tersebut, unit Perbekalan Farmasi mempunyai fungsi :
1.    Pengelolaan, penerimaan, penyimpanan, pemeliharaan, pendistribusian obat dan peralatan kesehatan.
2.    Pengawasan mutu dan khasiat obat dan peralatan kesehatan secara umum baik dalam persediaan maupun yang akan didistribusikan.
3.    Penyiapan bahan evaluasi dan laporan.
              Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 610/Menkes/SK/XI/81/Tahun 1981 tentang organisasi dan tata kerja Gudang Perbekalan Kesehatan di bidang Farmasi di Kabupaten/Kotamadya, maka Kepala Perbekalan Farmasi  memiliki fungsi :
1.      Merencanakan, mengkoordinir dan mengawasi pelaksanaan tugas-tugas keuangan, kepegawaian, tata usaha dan urusan dalam satuan kerja.
2.      Melakukan pembinaan pemeliharaan mutu.
3.      Melakukan pengamatan terhadap khasiat obat secara umum yang ada dalam persediaan, penyiapan penyusunan rencana kebutuhan obat, alat kesehatan dan perbekalan kesehatan lainnya.
4.      Memberikan informasi mengenai pengelolaan obat, alat kesehatan dan perbekalan kesehatan lainnya kepada unit-unit pelayanan kesehatan.
         Sedangkan tugas, kewenangan dan tanggung jawab Kepala Perbekalan Farmasi menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 610/Menkes/SK/XI/81/Tahun 1981 adalah sebagai berikut :
1.      Menyusun anggaran satuan kerja.
2.      Melaksanakan pengendalian anggaran.
3.      Menegakkan disiplin, semangat kerja dan ketenangan kerja untuk memungkinkan tercapainya produktivitas yang tinggi.
4.      Melakukan pembinaan pemeliharaan mutu obat yang ada di puskesmas dengan cara :
a.     Mengumpulkan, mengolah dan mengevaluasi data tentang kerusakan obat dan obat yang tidak memenuhi syarat serta data efek samping obat.
b.     Melaporkan hasil evaluasi kerusakan obat dan obat yang tidak memenuhi syarat serta efek samping obat kepada atasan langsung, pemilik barang dan Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan.
5.      Melakukan penyiapan penyusunan rencana kebutuhan obat, alat kesehatan dan perbekalan kesehatan lainnya dengan cara mengumpulkan, mengolah dan mengevaluasi data tentang :
a.       Persediaan obat di setiap unit pelayanan kesehatan.
b.       Penggunaan obat.
c.       Persediaan obat di gudang.
6.      Memberikan informasi mengenai pengelolaan obat, alat kesehatan dan perbekalan kesehatan lainnya kepada unit-unit pelayanan kesehatan.
              Susunan Organisasi Perbekalan Farmasi Kabupaten Pontianak (mengacu pada Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 610/Menkes/SK/XI/81/Tahun 1981 tentang organisasi dan tata kerja Gudang Perbekalan Kesehatan di bidang Farmasi di Kabupaten/Kotamadya) terdiri dari:
a.    Kepala Perbekalan Farmasi ;
b.    Pelaksana Urusan Tata Usaha
c.    Pelaksana Penyimpanan dan Pendistribusian;
d.    Pelaksana Pencatatan dan Evaluasi.




Gambar Bagan susunan Organisasi Perbekalan Farmasi
 
















Gambar 1. Struktur Organisasi UPT Perbekalan Farmasi Dinas Kesehatan
                  Kabupaten Pontianak


 Personel :
  1. Agus Hendra Fitriwansyah (Head of)
  2. Diah Eka Indrianti (Apoteker Assistant)
  3. Halidi (Staff)
  4. Yuniatika (Staff)





contoh uji statistik sebuah penelitian, semoga berguna

1.1.                                             Uji Validitas dan Reliabilitas
Untuk menguji validitas dan reliabilitas kuesioner penelitian, maka dicoba dengan menyebarkan kuesioner kepada 10 responden (10 orang petugas pengelola obat puskesmas). Dalam rangka penyamaan persepsi tentang maksud pertanyaan pada kuesioner maka dilakukan pula wawancara kepada responden.
Ukuran validitas suatu butir pertanyaan dalam kuesioner dapat dilihat pada hasil output SPSS pada tabel Item-Total Statistics kolom Corrected Item-Total Correlation (sebagai r hitung). Suatu butir pertanyaan dinyatakan valid jika nilai r hitung > r tabel pada tingkat signifikansi 0,05. Nilai r tabel dilihat pada df=N-2 dimana N adalah jumlah sampel dalam penelitian, jadi  df=10-2; df=8, sehingga diperoleh nilai r tabel=0,632 (dilihat pada tabel r, dimana pada df=8 dan tingkat signifikansi 0,05 untuk uji dua arah, maka ditemukan nilai r tabel=0,632).
Sementara itu reliabilitas suatu konstruk variabel dikatakan baik jika memiliki nilai Cronbach’s Alpha > 0,60.
Hasil interpretasi data selengkapnya dapat diuraikan sebagai berikut :
1.    Variabel bebas; pengetahuan (X1), diperoleh nilai r hitung (Corrected Item-Total Correlation) > r tabel (0,632), dan nilai Cronbach’s Alpha 0,972 > 0,60. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa seluruh item pertanyaan memenuhi syarat validitas dan reliabilitas kuesioner. Hasil output SPSS untuk uji validitas dan realibilitas kuesioner untuk variable pengetahuan (X1) selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.16 dan Tabel 4.17.
Tabel 4.16
Hasil Ouput SPSS Uji Validitas Pertanyaan Kuesioner untuk
Variabel Bebas; Pengetahuan (X1)

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Squared Multiple Correlation
Cronbach's Alpha if Item Deleted
P1.X1
56.9000
73.878
.960
.
.968
P2.X1
56.7000
73.567
.886
.
.970
P3.X1
56.3000
77.567
.811
.
.971
P4.X1
56.4000
78.489
.738
.
.972
P5.X1
56.4000
70.044
.958
.
.970
P6.X1
56.0000
76.889
.996
.
.967
P7.X1
55.2000
82.844
.824
.
.971
P8.X1
55.3000
82.900
.761
.
.972
P9.X1
55.2000
82.844
.824
.
.971
P10.X1
56.9000
73.878
.960
.
.968
P11.X1
55.2000
82.844
.824
.
.971
P12.X1
55.7000
84.233
.764
.
.972
P13.X1
55.2000
82.844
.824
.
.971
P14.X1
55.2000
82.844
.824
.
.971
P15.X1
56.0000
76.889
.996
.
.967
Sumber : Olah data SPSS versi 20, Tahun 2012




Tabel 4.17
  Hasil Ouput SPSS Uji Reliabilitas Pertanyaan pada Kuesioner untuk  Variabel Bebas; Pengetahuan (X1)
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
N of Items
.972
15
Sumber : Olah data SPSS versi 20, Tahun 2012
2.    Variabel bebas; kompensasi (X2), diperoleh nilai r hitung (Corrected Item-Total Correlation) > r tabel (0,632), dan nilai Cronbach’s Alpha 0,958 > 0,60. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa seluruh item pertanyaan memenuhi syarat validitas dan reliabilitas kuesioner. Hasil pengujian selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.18 dan Tabel 4.19.
Tabel 4.18
Hasil Ouput SPSS Uji Validitas Pertanyaan Kuesioner untuk 
Variabel Bebas; Kompensasi (X2)
Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Squared Multiple Correlation
Cronbach's Alpha if Item Deleted
P1.X2
30.6000
15.600
.854
.
.952
P2.X2
30.3000
18.233
.716
.
.958
P3.X2
31.2000
17.067
.868
.
.952
P4.X2
31.5000
14.500
.929
.
.950
P5.X2
31.2000
17.067
.868
.
.952
P6.X2
31.5000
14.500
.929
.
.950
P7.X2
31.2000
17.067
.868
.
.952
P8.X2
30.6000
15.600
.854
.
.952
P9.X2
30.3000
18.233
.716
.
.958
P10.X2
31.2000
17.067
.868
.
.952
Tabel 4.19
Hasil Ouput SPSS Uji Realibilitas Pertanyaan Kuesioner untuk 
Variabel Bebas; Kompensasi (X2)
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
N of Items
.958
10
Sumber : Olah data SPSS versi 20, Tahun 2012

3.    Variabel terikat; prestasi kerja (Y), diperoleh nilai r hitung (Corrected Item-Total Correlation) > r tabel (0,632), dan nilai Cronbach’s Alpha 0,967 > 0,60. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa seluruh item pertanyaan memenuhi syarat validitas dan reliabilitas kuesioner. Hasil pengujian selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.20 dan Tabel 4.21.










Tabel 4.20
Hasil Ouput SPSS Uji Validitas Pertanyaan Kuesioner untuk 
Variabel Terikat; Prestasi Kerja (Y)
Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Squared Multiple Correlation
Cronbach's Alpha if Item Deleted
P1.Y
57.4000
55.156
.910
.
.963
P2.Y
57.8000
53.511
.853
.
.965
P3.Y
56.3000
58.900
.763
.
.966
P4.Y
57.1000
53.878
.925
.
.963
P5.Y
56.5000
58.056
.875
.
.964
P6.Y
57.3000
53.122
.926
.
.963
P7.Y
57.7000
55.344
.788
.
.966
P8.Y
56.6000
56.489
.815
.
.965
P9.Y
56.4000
58.933
.741
.
.966
P10.Y
56.2000
59.733
.702
.
.967
P11.Y
57.5000
53.389
.902
.
.963
P12.Y
56.3000
58.900
.763
.
.966
P13.Y
56.2000
59.733
.702
.
.967
P14.Y
56.7000
60.011
.769
.
.966
P15.Y
56.6000
58.933
.815
.
.965
Sumber : Olah data SPSS versi 20, Tahun 2012

Tabel 4.21
Hasil ouput SPSS uji realibilitas pertanyaan kuesioner untuk  variabel terikat; prestasi kerja (Y)

Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
N of Items
.967
15
Sumber : Olah data SPSS versi 20, Tahun 2012
1.2.                                             Uji Asumsi Klasik Data
4.4.1. Uji Normalitas
Hasil interpretasi data untuk uji normalitas dapat diuraikan sebagai berikut :
a.         Berdasarkan grafik histogram dapat dilihat bahwa pola distribusinya menunjukkan suatu bentuk tertentu yang teratur (bentuk bel) sehingga dapat dikatakan bahwa data nilai residu (prediksi akan hasil kesalahan) terdistribusi normal, seperti yang terlihat pada Gambar 4.1.
Gambar 4.1
Hasil Output SPSS Grafik Histogram untuk Uji Normalitas Data
Sumber : Olah data SPSS versi 20, Tahun 2012

b.        Berdasarkan grafik normal probability plot dimana sebaran masih berada di sekitar garis lurus, mengikuti arah garis diagonal yang menunjukkan pola distribusi normal. Maka model regresi dikatakan memenuhi asumsi normalitas, Seperti yang terlihat pada Gambar 4.2.
Gambar 4.2
Hasil Output SPSS Grafik Normal Probability Plot untuk
Uji Normalitas Data
Sumber : Olah data SPSS versi 20, Tahun 2012


c.         Berdasarkan nilai Skewness dan Kurtosis untuk variabel-variabelnya, dimana rasio skewness terhadap standar errornya, dan juga rasio kurtosis terhadap standar errornya menghasilkan nilai masing-masing adalah -0,25 dan -1,22 (untuk variabel pengetahuan). Nilai tersebut masih terletak diantara range -2 hungga 2 (sebagaimana batas nilai persyaratannya), maka dapat dikatakan memenuhi asumsi normalitas. Begitu pula hasil perhitungan nilai skewness dan kurtosis untuk variabel kompensasi dan variabel prestasi kerja masih terletak diantara batas range -2 hingga 2.
Contoh perhitungannya :
       Rasio skewness untuk variabel pengetahuan        = -0,108/0,427 = -0,25
       Rasio kurtosis untuk variabel pengetahuan          = -1,016/0,833 = -1,22
       Hasil output spss untuk uji normalitas dengan metode Skewness Kurtosis ini dapat dilihat pada Tabel 4.22.
Tabel 4.22
Hasil Output SPSS Skewness Kurtosis untuk Uji Normalitas Data

N
Mean
Std. Deviation
Skewness
Kurtosis

Statistic
Statistic
Statistic
Statistic
Std. Error
Statistic
Std. Error
rerata_pengetahuan
30
4.0687
.60943
-.108
.427
-1.016
.833
rerata_kompensasi
30
3.5900
.31112
.534
.427
-.949
.833
rerata_prestasi_
kerja
30
4.1823
.48180
.131
.427
-1.078
.833
Valid N (listwise)
30






Sumber : Olah data SPSS versi 20, Tahun 2012

d.        Berdasarkan uji Kolmogorov Smirnov memperlihatkan nilai signifikansi 0,145; dimana nilai signifikansi tersebut lebih besar dari 0,05 (0,145 > 0,05). Dengan demikian asumsi normalitas terpenuhi. Hasil ouput spss-nya seperti terlihat pada Tabel 4.23.

Tabel 4.23
Hasil Output SPSS Kolmogorov Smirnov untuk Uji Normalitas Data
Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova
Shapiro-Wilk

Statistic
Df
Sig.
Statistic
Df
Sig.
rerata_prestasi_kerja
.139
30
.145
.943
30
.108
a. Lilliefors Significance Correction
Sumber : Olah data SPSS versi 20, Tahun 2012


1.4.2.                                                   Uji Linieritas
Hasil interpretasi data untuk uji linieritas dapat diuraikan sebagai berikut:
a.         Berdasarkan Scatter Plott terlihat bahwa pencaran data antara nilai residual terstandarisasi dan nilai prediksi terstandarisasi  tidak membentuk sebuah pola tertentu (pola berbentuk acak), sehingga dapat dikatakan asumsi linearitas terpenuhi, sebagaimana terlihat pada Gambar 4.3.








Gambar 4.3
Hasil Output SPSS Grafik Scatter Plot untuk Uji Linieritas Data
Sumber : Olah data SPSS versi 20, Tahun 2012

b.        Berdasarkan output ANOVA tabel  dapat dilihat nilai signifikansi liniearity antara variabel bebas pengetahuan (X1) dengan variabel terikat prestasi kerja (Y) yaitu signifikansi = 0,000. Demikian pula dengan nilai signifikansi liniearity antara variabel bebas kompensasi (X2) dengan variabel terikat prestasi kerja (Y) yaitu signifikansi = 0,000. Dari nilai tersebut dapat dikatakan bahwa data memenuhi asumsi linearitas karena nilai signifikansi masing-masing variabel bebas (pengetahuan dan kompensasi) terhadap variabel terikat (prestasi kerja) tidak ada yang melebihi 0,05 (signifikansi < 0,05). Selengkapnya hasil uji linieritas data ini dapat dilihat pada Tabel 4.24.
Tabel 4.24
Hasil Output SPSS ANOVA Table untuk Uji Linieritas Data

ANOVA Table



Sum of Squares
Df
Mean Square
F
Sig.
rerata_prestasi_kerja *rerata_pengetahuan
Between Groups
(Combined)
6.576
10
.658
80.432
.000
Linearity
6.303
1
6.303
770.899
.000
Deviation from Linearity
.273
9
.030
3.714
.008
Within Groups
.155
19
.008


Total
6.732
29



Sumber : Olah data SPSS versi 20, Tahun 2012

ANOVA Table



Sum of Squares
Df
Mean Square
F
Sig.
rerata_prestasi_kerja * rerata_kompensasi
Between Groups
(Combined)
5.697
8
.712
14.446
.000
Linearity
5.496
1
5.496
111.492
.000
Deviation from Linearity
.201
7
.029
.582
.763
Within Groups
1.035
21
.049


Total
6.732
29



Sumber : Olah data SPSS versi 20, Tahun 2012





1.4.3.                                                   Uji Heteroskedastisitas
Berdasarkan Scatter Plott untuk uji heteroskedastisitas terlihat bahwa penyebaran residual adalah tidak teratur. Hal tersebut dapat dilihat pada plot yang terpencar dan tidak membentuk pola tertentu serta titik-titik tersebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y. Dengan demikian, kesimpulan yang bisa diambil adalah bahwa tidak terjadi gejala heteroskedastisitas atau residual data yang ada sebagaimana mestinya  mempunyai varians yang konstan (homoskedastisitas). Selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 4.4.
Gambar 4.4
Hasil Output SPSS Grafik Scatter Plot untuk Uji Heteroskedastisitas Data
Sumber : Olah data SPSS versi 20, Tahun 2012
1.4.4.                                                   Uji Multikolinieritas
Hasil interpretasi data untuk uji multikolinieritas dapat diuraikan sebagai berikut :
a.         Dapat dilihat pada output spss pada tabel Coefficient kolom Collinearity Statitistic dimana nilai Tolerance untuk variabel bebas pengetahuan (X1), dan kompensasi (X2) masing-masing menghasilkan nilai yang sama yaitu 0,223. Nilai ini masih diatas dari batas nilai Tolerance, dimana sebuah variabel  dikatakan mengalami multikolinieritas jika memiliki nilai Tolerance lebih kecil dari 0,1. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa variabel bebas dari multikolinieritas.
b.        Demikian juga untuk nilai VIF pada variabel bebas budaya organisasi (X1), dan stress kerja (X2) masing-masing menghasilkan nilai yang sama yaitu 4,482. Nilai tersebut juga masih jauh dari batas yang ditetapkan  dimana sebuah variabel dikatakan mengalami multikolinieritas jika memiliki nilai Variance Inflation Factor (VIF) lebih besar dari 10, maka disimpulkan tidak terdapat multikolinieritas. Selengkapnya hasil uji multikolinieritas ini dapat dilihat pada Tabel 4.25.




Tabel 4.25
 Hasil Output SPSS untuk Uji Multikolinieritas Data

Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t
Sig.
Collinearity Statistics
B
Std. Error
Beta
Tolerance
VIF
1
(Constant)
6.794
4.332

1.568
.128


pengetahuan
.609
.073
.770
8.363
.000
.223
4.482
kompensasi
.523
.214
.225
2.438
.022
.223
4.482
Sumber : Olah data SPSS versi 20, Tahun 2012


1.3.       Uji Hipotesis : Pengaruh Pengetahuan dan Kompensasi terhadap Prestasi Kerja Petugas Pengelola Obat Puskesmas
Untuk mengetahui pengaruh pengetahuan dan kompensasi terhadap prestasi kerja petugas pengelola obat puskesmas di Kabupaten Pontianak maka  dilakukan uji regresi linier berganda. Pengaruh dari masing-masing variabel bebas (pengetahuan dan kompensasi) terhadap variabel terikat (prestasi kerja) yang juga merupakan pembuktian hipotesis dalam penelitian ini dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua) bagian yaitu pengaruh secara simultan (uji F statistik) dan pengaruh secara parsial (uji t statistik).

1.3.1.                                                   Pengaruh Secara Simultan (Uji F Statistik)
Uji F digunakan untuk melihat seberapa besar pengaruh antara variabel bebas secara simultan atau serentak terhadap variabel terikat, artinya melihat bagaimana pengaruh secara bersama-sama variabel pengetahuan dan kompensasi  terhadap prestasi kerja petugas pengelola obat puskesmas. Hasil pengujian dengan menggunakan program SPSS Versi 20 dapat dilihat pada Tabel 4.26 (selengkapnya pada lampiran 4).
Tabel 4.26
Hasil Uji Regresi Berganda Pengaruh Pengetahuan dan Kompensasi Terhadap Prestasi Kerja Petugas Pengelola Obat Puskesmas, Secara Simultan

Model Summaryb
Model
R
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
Change Statistics
Durbin-Watson
R Square Change
F Change
df1
df2
Sig. F Change
1
.974a
.949
.945
1.69622
.949
250.626
2
27
.000
2.244
a. Predictors: (Constant), kompensasi, pengetahuan
b. Dependent Variable: prestasi_kerja
ANOVAb

Model
Sum of Squares
Df
Mean Square
F
Sig.

1
Regression
1442.183
2
721.092
250.626
.000a

Residual
77.683
27
2.877



Total
1519.867
29




a. Predictors: (Constant), kompensasi, pengetahuan

b. Dependent Variable: prestasi_kerja
Sumber : Olah data SPSS versi 20, Tahun 2012


Berdasarkan Tabel 4.26 hasil uji regresi berganda untuk melihat pengaruh secara simultan menunjukkan bahwa kedua variabel yaitu pengetahuan dan kompensasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap prestasi kerja petugas pengelola obat puskesmas  karena nilai signifikansinya (sig. F 0,000) lebih kecil dari nilai signifikansi pada taraf kepercayaan 95% (sig. 0,05). Artinya, secara bersama-sama pengetahuan dan kompensasi merupakan faktor yang mempengaruhi prestasi kerja petugas pengelola obat puskesmas.
Variabel pengetahuan dan kompensasi mampu menjelaskan pengaruhnya secara serentak terhadap prestasi kerja petugas pengelola obat puskesmas sebesar 94,9% (R square = 0,949), selebihnya (yaitu sebesar 5,1%) dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti pada penelitian ini.
Besarnya pengaruh variabel pengetahuan dan variabel kompensasi terhadap prestasi kerja secara simultan ini (yaitu sebesar 94,9%) dapat dijelaskan bahwa hal tersebut mendukung pendapat Mangkunegara (2009) yang menyatakan bahwa faktor yang mempengharuhi prestasi kerja pada umumnya adalah (1) ability (kemampuan) dan; (2) motivation (motivasi). Hal ini sesuai dengan teori Keith Davis (1964) dalam Mangkunegara (2009) yang merumuskan bahwa :
-       Human Performance = Ability + Motivation
-       Motivation  = Attitude + Situation
-       Ability         = Knowledge + Skill
Mangkunegara (2009), menjelaskan bahwa ability (kemampuan) terdiri dari kemampuan potensi (IQ) dan kemampuan reality. Kemampuan reality merupakan perpaduan antara knowledge (pengetahuan) dan skill (keterampilan). Berdasarkan teori tersebut maka prestasi kerja jelas sangat dipengaruhi oleh pengetahuan yang merupakan salah satu unsur dalam faktor ability. Sedangkan kompensasi erat kaitannya dengan faktor motivasi, hal ini didukung dengan pernyataan Handoko (1997) bahwa salah satu cara untuk meningkatkan prestasi kerja, motivasi dan kepuasan kerja karyawan adalah melalui kompensasi.
Sementara itu dalam konteks pengelolaan obat, besarnya pengaruh pengetahuan terhadap kinerja petugas pengelola obat puskesmas dapat dijelaskan bahwa dalam aspek pekerjaan yang berhubungan dengan obat-obatan sangat diperlukan skill (keterampilan) teknis yang tinggi, dan pengetahuan merupakan salah satu faktor yang mampu menunjang skill petugas pengelola obat puskesmas dalam melaksanakan pekerjaannya.

1.3.2.                                                   Pengaruh Secara Parsial (Uji t Statistik)
Uji t digunakan untuk melihat signifikansi dan pengaruh variabel bebas secara individu terhadap variabel terikat dengan menganggap variabel lain konstan, artinya melihat bagaimana pengaruh masing-masing variabel, yaitu variabel  pengetahuan dan variabel kompensasi terhadap prestasi kerja petugas pengelola obat puskesmas. Hasil pengujian dengan menggunakan program SPSS statisctics dapat dilihat pada Tabel 4.27 (selengkapnya pada lampiran 5).




Tabel 4.27
Hasil Uji Regresi Berganda Pengaruh Pengetahuan dan Kompensasi Terhadap Prestasi Kerja Petugas Pengelola Obat Puskesmas, Secara Parsial

Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t
Sig.
B
Std. Error
Beta
1
(Constant)
6.794
4.332

1.568
.128
pengetahuan
                    .609
.073
.770
8.363
.000
kompensasi
.523
.214
.225
2.438
.022

Berdasarkan tabel 4.27 hasil uji regresi berganda untuk melihat pengaruh secara parsial menunjukkan bahwa variabel pengetahuan memiliki pengaruh secara signifikan terhadap prestasi kerja petugas pengelola obat puskesmas, karena nilai signifikansi variabel pengetahuan (sig. 0,000) lebih kecil daripada nilai taraf kepercayaan yang digunakan dalam penelitian ini (yaitu taraf kepercayaan 95% atau sig. 0,05) atau karena t hitung (8,363) > t tabel (1,703) sehingga hipotesa alternatif (Ha) yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara pengetahuan terhadap prestasi kerja dapat diterima.
t hitung dilihat pada kolom dimana df = n – k (n adalah jumlah sampel/observasi dan k adalah jumlah variabel dalam penelitian); df = 30 – 3; df = 27, dan pada nilai probabilitas 0,05, sehingga diperoleh t tabel = 1,703. Makna yang dapat diperoleh dari hasil pengujian ini adalah bahwa prestasi kerja petugas pengelola obat puskesmas salah satunya dipengaruhi oleh faktor pengetahuan yang dimiliki oleh petugas pengelola obat puskesmas itu sendiri.
Demikian pula halnya dengan variabel kompensasi yang berpengaruh secara signifikan terhadap prestasi kerja petugas pengelola obat puskesmas, karena nilai signifikansi variabel kompensasi (sig. 0,022) lebih kecil daripada nilai taraf kepercayaan yang digunakan dalam penelitian ini (yaitu taraf kepercayaan 95% atau sig. 0,05) atau karena t hitung (2,438) > t tabel (1,703) sehingga hipotesa alternatif (Ha) yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara kompensasi terhadap prestasi kerja dapat diterima. Makna yang diperoleh adalah bahwa prestasi kerja petugas pengelola obat puskesmas salah satunya juga dipengaruhi oleh faktor kompensasi yang diterima petugas pengelola obat puskesmas dari organisasinya.
Berdasarkan Hasil uji regresi berganda pengaruh pengetahuan dan kompensasi terhadap prestasi kerja petugas pengelola obat puskesmas secara parsial seperti yang terlihat pada tabel 4.27 diatas maka dapat dibuat model persamaan regresi sebagai berikut :
Y = 6,794 + 0,609(X1) + 0,523(X2)

Makna yang dapat diperoleh dari persamaan regresi tersebut adalah bahwa koefesien regresi variabel pengetahuan memiliki nilai yang lebih besar dibanding koefesien regresi variabel kompensasi (0,609 > 0,523), artinya bahwa faktor pengetahuan memiliki pengaruh yang lebih dominan dibanding faktor kompensasi dalam mempengaruhi prestasi kerja petugas pengelola obat puskesmas.